Jumat, 19 Oktober 2018

Hijrahnya para pendidik


Hijrahnya para pendidik
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 218)
          Bulan Muharram disebut juga Bulan Hijrah dimana dalam sejarahnya sekitar 14 abad yang lalu,tepat pada bulan Muharam Nabi Muhammad beserta para sahaabatnya melakukan hijrah dari kota Mekkah ke Kota Madinah guna untuk meneruskan syiar Islam dan memperluas daerah keislamanan, karena kondisi kota mekkah yang sudah tidak aman lagi terutama bagi keamanan Nabi Muhammad. maka atas izin Allah Nabi Muhammad beserta para pengikutnya bertekad untuk hijrah  ke Kota Madinah. Dalam jihadnya menegakan kalimatillah, Nabi Muhammad tidak pernah merasa lelah ataupun putus asa meski begitu banyak masalah dan tantangan yang dihadapi Umat Islam pada waktu itu. Peristiwa ini juga menjadi titik awal penanggalan tahun pertama hijriyah yaitu tepat pada tahun 622 Miladiyah. begitu banyak hikmah dibalik peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw, dalam segi moral, perjuangan, perngorbanan, mu’amalah, terutama dalam segi pendidikan.
Kata Hijrah berasal dari Bahasa Arab yang artinya meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat., namun pengertian hijrah dalam sejarah islam yaitu berpindahanya Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wassalam berserta sahabat sahabatnya dari Kota Makkah ke Yathrib atau Madinah pada tahun 622 Masihi. Beberapa ulama juga mengatakan bahwa Hijrah yang diartikan disini ialah keluarnya dari darul kufur menuju darul Islam, keluarnya Nabi Muhammad untuk menghindari ancaman yang samakin berbahaya dari kaum kafir yang begitu membenci nabi Muhammad lalu berpindah ke tempat yang lebih aman. kata hijrah mempunyai dua alur yang saling berkesinambungan dimana hijrah berarti meningalkan dan menuju ke arah yang lebih baik,  dan beberapa makna  yang bersinggungan dengan hijrah ini dapat  dijadikan prinsip kehidupan manusia pada saat ini, namun yang akan ditinjau lebih lanjut ialah  mengenai unsur pendidikan, jika dikaitkan dengan unsur pendidikan terutama para pemeran utama pemegang kunci dunia pendidikan yaitu pendidik, maka hijrah seorang pendidik adalah jalan emas menuju terbukanya pintu kesuksesan anak didik. 
Mengapa harus hijrah seorang pendidik? Apa bentuk hijrah tersebut?




Filsafat Ilmu dan Teori Pendukung Pendidikan Luar Sekolah


  BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan Nasional, sebagai salah satu sistem dari supra sistem pembangunan nasioanal, memiliki dua subsistem pendidikan yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Kedua sistem pendidikan ini telah lahir didunia ini setua usia manusia hidup di masyarakat, pendidikan luar sekolah telah tumbuh dan berkembang dalam alur kebudayaan setiap masyarakat. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh pada kemampuan masyarakat. Pendidikan dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu negara.[1]
Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya sistem persekolahan. PLS mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang sudah ada di pendidikan persekolahan. PLS timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja. PLS pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu.
Berbagai kelemahan sistem persekolahan bermunculan, terutama pada aspek-aspek prosedural yang dinilai kaku, serba ketat dan formalistis. Pada intinya, walaupun sistem persekolahan masih tetap dipandang penting, pijakan pemikiran sudah mulai realistis yaitu tidak semata-mata mengandalkan sistem persekolahan untuk melayani aneka ragam kebutuhan pendidikan yang kian hari semakin mekar dan beragam. Pembinaan dan pengembangan PLS dipandang relevan untuk bisa saling isi-mengisi atau topang menopang dengan sistem persekolahan, agar setiap insan bisa menyesuaikan hidupnya sesuai dengan perkembangan zaman.[2]
Dalam upaya mengantisipasi peranan pendidikan luar sekolah uang cocok dengan tuntutan perkembangan masa depan maka para pakar pendidikan mengambil kebijaksanaan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dimana segala hal yang berhubungan dengan Pendidikan Luar Sekolah harus sesuai dengan arah dan tujuan bangsa Indonesia ini.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah faktor pendukung Pendidikan Luar Sekolah?
2.      Bagaimana hubungan antara faktor pendukung dan strategi dalam pengelolaan Pendidikan Luar Sekolah?
C.     Tujuan Masalah
1.      Menjelaskan faktor pendukung Pendidikan Luar Sekolah
2.      Menjelaskan Hubungan Antara Faktor Pendukung Dan Strategi Dalam Pengelolaan Pendidikan Luar Sekolah





















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Faktor Pendukung Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah mempunyai patokan patokan dan sistem penyelenggaraan yang terprogram, berdirinya pendidikan luar sekolah tidak berdiri sendiri atau secara tiba tiba namun pendidikan luar sekolah mempunyai landasan yang kuat yaitu terdiri falsafah, ilmu-ilmu dan teori teori yang relavan dengan sistem pendidikan luar sekolah. Hal yang mendasari berdirinya pendidikan luar sekolah terdiri falsafah Pancasila, undang undang dasar 1945, Garis garis Besar Haluan Negara, Undang Undang mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan pemerintah, falsafah pendidikan yang mana dilengkapi dengan teori teori llmu pendidikan, ilmu pengetahuan dan humaniora, ilmu sosial-ekonomi[3] yang mempunyai kaitan erat dengan pendidikan luar sekolah. Uraian tentang Falsafah, Ilmu dan teori pendukung Pendidikan Luar Sekolah akan dikemukakan dibawah ini.
1.      Falsafah Sebagai Landasan Berdirinya Pendidikan Luar Sekolah
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Pendidikan Luar Sekolah berdiri dengan falsafah yang kuat, bukan hanya sekedar berdiri tanpa adanya pemikiran dan konsep yang matang, penuh dengan strategi, sistem, konsep dan cita cita yang jelas. Sehingga apa yang dilaksanakan mempunyai hasil tujuan yang jelas pula tidak asal asalan dalam pelaksanaanya.[4]

a.       Pancasila
Falsafah Pancasila sebagai landasan pendidikan nasional yang memberikan dukungan yang kuat bagi pembinaan, pembentukan, dan perkembangan pendidikan luar sekolah. Karena falsafah pendidikan berperan sebagai dasar Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ini, maka setiap gerakan peserta didik (warga belajar) didasari oleh lima sila yang mempunyai arti bahwa :
1)      Wawasan Ketuhanan yang Maha Esa dimaknai dengan suatu arahan Pendidikan Luar Sekolah harus mengarah, membina, melestarikan sikap dan berkeyakinan kuat dan menerapkan nilai nilai keyakinannya pada perilaku pribadinya.
2)      Wawasan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dimaknai bahwa seluruh peserta didik harus mempunyai budi pekerti yang luhur, menghormati Hak Asasi Manusia, adil, memiliki rasa persatuan dan  menyanyangi seluruh makhluk ciptaan Tuhan.
3)      Wawasan Persatuan Indonesia dimaknai dengan pembinaan insan Indonesia yang mencintai tanah air dan bangsa, bertanggungjawab atas keselamatan bangsa dan pembangunan masyarakat.
4)      Wawasan  Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan memberikan arti bahwa Pendidikan luar sekolah berorientasi kepda kebutuhan dan pekentingan orang banyak, bukan individu. Dilaksanakan secara demokratis atas akal sehat, tenggang rasa demi terwujudunya tujuan nasional.
5)      Wawasan keadilan sosial memberikan arti bahwa landasan untuk mendorong adanya kemampuan, sikap positif dan kreativitas insan Indonesia serta tumbuhnya keterampilan, keahlian, kejuruan, ilmu pengetahuan dan teknologi  yang relavan dengan tuntunan perkembangan masyarakat dan pengembangan nasional.[5]

b.      Undang Undang Dasar 1945
Undang Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa dua tujuan kemerdekaan yang pararel adalah mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua tujuan itu saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Kemajuan dalam kesejahteraan umum akan mempunyai dampak peningkatan upaya mencerdaskan bangsa. Peningkatan kecerdasan dengan sendirinya berpengaruh langsung pada peningkatan kesejahteraan umum. Sebaliknya, rendahnya kesejahteraan umum berdampak pada rendahnya upaya mencerdaskan bangsa, dan semuanya berakibat terbatasnya upaya mewujudkan kesejahteraan umum.
Pendidikan Luar Sekolah bersama bersama dengan pendidikan sekolah, memiliki misi yang sama yaitu membina dan mengembangkan manusia yang cerdas. Manusia yang cerdas tidak identik dengan manusia pandai. Manusia yang cerdas yaitu yang tanggap terhadap lingkungan, peka terhadap peristiwa. Searah dengan aspirasinya manusia yang cerdas termotivasi untuk menganilisis lingkungannya untuk mengenali peristiwa atau gejala dan faktor pendukung, penghambat dsn peluangyang berpengaruh untuk menjadikan lingkungan dalam kondisi lebih baik.[6]
c.       Undang Undang No.2 tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan Pendidikan Luar Sekolah
Undang undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan arahan bahwa pembangunan pendidikan  termasuk didalamnya pembangunan pendidikan luar sekolah adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur.
Jenis pendidikan luar sekolah terdiri dari pendidikan umum, pendidikan keagamaan, pendidikan jabaatn kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan. Pendidikan Luar Sekolah diatur dalam UU No.38 Tahun 1992 tentang tenaga kependidikan pada pendidikan luar sekolah yaitu sama dengan penyelenggaraan pendidikan sekolah biasa.
d.      Garis Garis Besar Haluan Negara
GBHN menjelaskan bahwa pendidikan nasional perlu dilakukan secara lebih terpadu dan serasi baik antara sektor pendidikan dan sektor sektor pembangunan lainnya, antar daerah maupun antar  berbagai jenjang dan jenid pendidikan. Pendidikan diluar sekolah maupun didalam sekolah perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan pembangunan yang memerlukan berbagai jenis pendidikan kejuruan dan keahlian.
Pendidikan Luar sekolah termasuk pendidikan yang bersifat kemasyarakatan seperti kepramukaan dan berbagai latihan keterampilan, perlu ditingatkan dan diperluas dalam ranga mengembangkan minat, bakat dan kemampuan serta memberikan kesempatan yang lebih luas untuk bekerja atau berusaha anggota masyarakat. Dalam menuju masyarakat industry, prioritas pembangunan nasional diletakkan pada pembangunan ekonomi dengan titik berat pada mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang antara industri dan pertanian.[7]
2.      Ilmu Sebagai Landasan Berdirinya Pendidikan Luar Sekolah
Karena pendidikan luar sekolah melibatkan manusia dan lingkungannya, maka dalam menganalisis penerapan sistem pendidikannya, pendidikan luar sekolah telah memperoleh dukungan dari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social-ekonomi dan humaniora.
Pendidikan luar sekolah melibatkan manusia dan lingkungannya maka dalam menganalisis penerapan sistem pendidikannya, pendidikan luar sekolah telah memperoleh dukungan dari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan humaniora. Ilmu Pengetahuan dan Humaniora digunakan untuk mempelajari makhluk hidup dan benda – benda khusus yang ada di wilayah pendidikan luar sekolah. Ilmu ini khususnya membahas tentang :
1)      Ilmu biologi, menggunakan teori yang digunakn untuk mengenali flora dan fauna, serta lingkungan fisiknya.
2)      Ilmu alamiah, menggunakan teori yang digunakan untuk mengkaji dan memahami lingkungan fisik.
3)      Ilmu pengetahun social digunakan untuk mempelajari dan menafsirkan aspek  aspek tertentu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia. Ilmu yang dibahas antara lain :
4)      Sejarah, digunakan untuk memahami keadaan masa lampau komponen komponen pendidikan luar sekolah.
5)      Antropologi, memberi dukungan dalam mempelajari ciri ciri  biologis penduduk (antropologi ragawi), benda – benda purbakala (arkeologi), bahasa (linguistic), dan struktur social serta budaya kelompok (antropologi social).
6)      Ekonomi, membantu pendidikan luar sekolah dalam mempelajari cara yang ditempuh masyarakat dalam menggunakan dan menyebarkan sumber penghidupan yang relative terbatas
7)      Politik, mempelajari pola pola kekuatan, kekuasaan, dominasi, dan perangkat politik yang terdapat di masyarakat.
8)      Sosiologi, membantu pendidikan luar sekolah dalam mempelajari kehidupan berkelompok dan bersosialisasi.
9)      Psikologi social, membantu pendidikan luar sekolah dalam mempelajari perkembangan aspek social individu dan bentuk tingkah laku kelompok.
10)  Human geography,ecology dan demografi, mempelajari hubungan dan pengaruhnyamanusia dengan tempat tinggalnya.[8]


3.      Teori Teori Pendukung Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah didasarkan pula atas berbagai teori yang mendukung, antara lain teori pendidikan dan teori ekonomi dan teori gerakan masyarakat. Teori teori ini berkaitan dengan hal hal yang merujuk pada hipotesa hipotesa yang diverivikasi melalui observasi atau eksperimen dan mengandung aerti berfikir secara sistematis.
a.       Teori-teori Pendidikan
Pendidikan Luar sekolah terdiri dari berbagai  4 macam teori yang mendukung diantaranya:
1)      Teori Perenialisme:
Perenialisme menekankan bahwa kemutlakan, kelangggengan dan pikiran hendaknya diutamakan dari perubahan. Menurut teori ini tujuan pendidikan luar sekolah yang tidak mudah berubah dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus merupakan tuntutan mutlak bagi upaya pendidikan.
2)      Teori Progresivisme
Teori Progresivisme kurang menekankan pada pentingnnya proses pendidikan melalui kegiatan belajar individual melainkan lebih mengutamakan kegiatan belajar yang dilakukan secara kerjasama atau kelompok.
Menurut teori ini pendidikan luar sekolah merupakan sumber daya manusiayang tejadi dalam satu kesatuan lingkungan dan merupakan upaya pembaharuan pengalaman yang dilakukan secara berlanjut.
3)      Teori Esensialisme
Menitik beratkan pada upaya pengkajian kurikulum yang dilakukan secara berlanjut. Kewibawaan pendidik memegang peranan penting saat proses pembelajaran. Oleh karena itu peranan pendidik dan kurikulum adalah dua komponen yang paling dominan dalam proses pembelajaran dan juga termasuk sarana pembelajaran bagi peserta didik.  Peranan pendidik ialah untuk membntu peserta didik sehingga mereka dapat mengembangkan diri dalam kehidupan nyata.

4)      Teori Rekontruksionisme
Menjelaskan bahwa pendidikan luar sekolah memiliki tanggung jawab sosial dalam mewujudkan lahirnya masyarakat baru. Menurut teori ini, tiga prinsip pendidikan yang perlu diterapkan dalam pendidikan luar sekolah.[9]
b.      Teori Ekonomi dan Sosial
Teori ini memberi makna bahwa pendidikan ialah upaya sadar untuk menumbuhkan dan mengembangkan mekaninsme keseimbangan antara pelestarian nilai nilai budaya dan kerkembangan ideology dalam suatu wilayah. Teori ini menjelaskan bahwa ilmu  ekonomi dan sosial mempunyai teori-teori yang menopang pendidikan luar sekolah diantaranya :
1)      Teori Fungsi menekankan tentang pentingnya hubungan yang erat antara pendidikan luar sekolah dengan perkembangan social – ekonomi.
2)      Teori Modal Manusia yang telah diterapkan dalam pendidikan luar sekolah memainkan peran utamanya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang terlatih, disiplin, memilki sikap inovatif, berwirausaha, mampu mengembangkan diri serta merintis dan mengembangkan kegiatan dari berbagai sector ekonomi di dalam lingkungannya melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan pembinaan dan peningkatan kemampuan penduduk.
3)      Teori Gerakan Masyarakat yang lebih memberi tekanan pada peranan pendidikan luar sekolah sebagai bagian penting dalam gerakan pembangunan masyarakat. Program – program pendidikan luar sekolah disusun atas dasar kebutuhan yang dirasakan dan dinyatakan masyarakat[10]

B.     Hubungan Antara Faktor Pendukung Dan Strategi Dalam Pengelolaan Pendidikan Luar Sekolah[11]
Berdasarkan falsafah, keilmuan dan teori-teori sebagaimana diuraikan diatas, maka secara umum dapat dikemukakan strategi-strategi umum pengelolaan pendidikan luar sekolah yang dapat dipertimbangkan oleh penyelenggara pendidikan luar sekolah tersebut. Dalam penyusunan program pendidikan luar sekolah, penyelenggara dapat menggunakan 3 langkah kegiatan.
1.      Pertama, melakukan identifikasi kebutuhan pendidikan atau kebutuhan belajar yang dirasakan dan dinyatakan oleh calon peserta didik. Kebutuhan ini pun dapat di identifikasikan dari lembaga tempat calon peserta didik bekerja atau organisasi yang dimasuki oleh peserta didik. Masyarakat yang menjadi layanan tugas calon peserta didik atau tempat ia bergaul dapat pula diidentifikasikan kebutuhannya.
2.      Kedua, mengidentifikasi sumber-sumber, baik sumber manusiawi maupun non-manusiawi dan kendala yang terdapat pada calon peserta didik, lembaga atau masyarakat. Sumber-sumber dan kendala ini perlu diperhitumgkan sebagai factor pendukung dan factor penghambat dalam perencanaan dan pelaksanaan program.
3.      Ketiga, menyusun program pendidikan luar sekolah yang meliputi komponen-komponen : masukan lingkungan, masukan sarana, masukan mentah, proses dan pengeluaran. Didalam program yang berkaitan dengan dunia usaha atau kewirausahaan, komponen yang perlu ditambahkan adalah masukan lain (other input) dan pengaruh (impact).
Tiap komponen perlu dirinci dan dijelaskan kaitannya antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, paradigma dalam penyusunan program ini meliputi kegiatan mengidentifikasi kebutuhan, sumber pendukung dan kemungkinan hambatan dan menjabarkan komponen-komponen subsistem pendidikan luar sekolah ke dalam program yang akan dilaksanakan.
Secara umum, pengelolaan program pendidikan luar sekolah meliputi siklus kegiatan yang terdiri atas 6 tahapan, yaitu:
1.      Pertama  ialah tahap perencanaan (planning) yang meliputi kajian dan deskripsi tentang masalah  yang dihadapi, tujuan, hasil yang diharapkan dan lingkup kegiatan dalam melaksanakan program pendidikan luar sekolah.
2.      Kedua, tahap pengorganisasian (organizing) , meliputi upaya penyusunan ketenagaan, organisasi, fasilitas dan daya dukung lainnya untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program pendidikan luar sekolah.
3.      Ketiga, tahap penggerakan (motivating), terdiri atas upaya motivasi yang dilakukan baik oleh pimpinan organisasi terhadap stafnya agar efisiensi dan efektifitas kegiatan tercapai maupun yang dilakukan oleh sumber belajar (tutor atau fasilitator) terhadap peserta didik agar proses belajar dapat berjalan sebagaimana yang telah direncanakan.
4.      Keempat ialah tahap pembinaan yang mencakup pengawasan (controlling) dan supervise (supervising). Yang pertama dilakukan dalam kelembagaan yaitu pengawasan oleh pimpinan terhadap staff lembaga penyelenggara program. Yang kedua, supervisi dilakukan terhadap para pelaksana pendidikan seperti pamong belajar dan sumber belajar.
5.       Kelima, tahap evaluasi (evaluating), meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan dan penyajian informasi mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan pengaruh program untuk dijadikan bahan dalam pengambilan keputusan.
6.      keenam, yaitu pengembangan (developing). Kegiatan pengembangan pada dasarnya merupakan upaya lanjutan yang dilakukan dengan menerapkan kelima tahapan sebelumnya secara berurutan.  Adanya tahap pengembangan ini menunjukkan bahwa program PLS itu berkelanjutan, bergerak seperti lingkaran spiral yang makin lama makin meluas dan mendalam.






















BAB III
KESIMPULAN
A.    Pendidikan Luar Sekolah yang didukung dan dilandasi oleh falsafah, ilmu-ilmu dan teori pendukung sebagaimana telah diuraikan diatas dapat dikemukakan bahwa subsitem pendidikan ini misi dan tujuan yang penting dalam pembinaan dan penigkatan kualitas sumber daya manusia dalam upaya merealisasikan tujuan bangsa yaitu kesejahteraan umum. Maka pendidikan luar sekolah harus mempunya landasan yang kuat seperti ideology Pancasila, Pembukaan UUD 1945, GBHN, Undang Undang mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan pemerintah, falsafah pendidikan yang mana dilengkapi dengan teori teori llmu pendidikan, ilmu pengetahuan dan humaniora, ilmu sosial-ekonomi
B.     Berdasarkan falsafah, keilmuan dan teori-teori sebagaimana diuraikan diatas, maka secara umum dapat dikemukakan strategi-strategi umum pengelolaan pendidikan luar sekolah yang dapat dipertimbangkan oleh penyelenggara pendidikan luar sekolah tersebut. Dengan demikian, paradigma dalam penyusunan program PLS ini meliputi kegiatan mengidentifikasi kebutuhan, sumber pendukung dan kemungkinan hambatan dan menjabarkan komponen-komponen subsistem pendidikan luar sekolah ke dalam program yang akan dilaksanakan.


[1] Umberto Sihombing; Pendidikan Luar Sekolah; (Jakarta: CV. Wirakarsa, 2001 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Republik Indonesia) p.6                  
[2] Ibid,p.10
[3] Ki Supriyoko;Journal ”Posisi Dan Peranan Pendidikan Luar Sekolah Di Indonesia” 26 Nov 2010 ( http://research.amikom.ac.id/index.php/karyailmiahdosen/article/view/347) p.2
[4] Maman Rachman, Jurnal Ilmu Pendidikan “Pemberdayaan Pendidikan Sekolah dan Luar Sekolah” Nov 2001,Jilid 8,No.4. p.284
[5] D.Sudjana; Pendidikan Luar Sekolah; (Bandung :Falah Production,2001) p. 140
[6] Ibid.p.142
[7] Ibid.p.144
[8] Pande Radja Silalahi, Analisa Pendidikan dan kehidupan Masyarakat (Jakarta;Centre for Strategic and International Studies;1978) p.433
[9] Clara R.P. Ajisukmo; Jurnal MAKARA “Faktor-Faktor Penting Dalam Merancang Program Pendidikan Luar Sekolah Untuk Anak Jalanan Dan  Pekerja Anak” Vol.16,No.1 Juli 2012 p.36
[10] Soelaiman Joesoef  & Slamet Santoso; Pengantar Pendidikan Sosial; (Surabaya: Usaha Nasional, 1981) Hal.52
[11] Op.Cit, D.Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah… p.168