BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
Nasional, sebagai salah satu sistem dari supra sistem pembangunan nasioanal,
memiliki dua subsistem pendidikan yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah. Kedua sistem pendidikan ini telah lahir didunia ini setua usia manusia
hidup di masyarakat, pendidikan luar sekolah telah tumbuh dan berkembang dalam
alur kebudayaan setiap masyarakat. Pendidikan mempengaruhi secara penuh
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan
berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh pada kemampuan
masyarakat. Pendidikan dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat
mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu negara.
Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam kehidupan setiap
masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya sistem persekolahan. PLS
mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang sudah ada di
pendidikan persekolahan. PLS timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana
kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan
formal saja. PLS pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan
keterampilan dalam suatu bidang tertentu.
Berbagai kelemahan sistem persekolahan bermunculan, terutama pada aspek-aspek prosedural yang dinilai kaku, serba ketat dan
formalistis. Pada intinya, walaupun sistem persekolahan masih tetap dipandang
penting, pijakan pemikiran sudah mulai realistis yaitu tidak semata-mata
mengandalkan sistem persekolahan untuk melayani aneka ragam kebutuhan
pendidikan yang kian hari semakin mekar dan beragam. Pembinaan dan pengembangan
PLS dipandang relevan untuk bisa saling isi-mengisi atau topang menopang dengan
sistem persekolahan, agar setiap insan bisa menyesuaikan hidupnya sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dalam upaya
mengantisipasi peranan pendidikan luar sekolah uang cocok dengan tuntutan
perkembangan masa depan maka para pakar pendidikan mengambil kebijaksanaan
dalam penyelenggaraan pendidikan. Dimana segala hal yang berhubungan dengan
Pendidikan Luar Sekolah harus sesuai dengan arah dan tujuan bangsa Indonesia
ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa sajakah faktor pendukung
Pendidikan Luar Sekolah?
2.
Bagaimana hubungan antara faktor
pendukung dan strategi dalam pengelolaan Pendidikan Luar Sekolah?
C.
Tujuan Masalah
1.
Menjelaskan faktor pendukung
Pendidikan Luar Sekolah
2.
Menjelaskan Hubungan Antara Faktor
Pendukung Dan Strategi Dalam Pengelolaan Pendidikan Luar Sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Faktor Pendukung Pendidikan Luar
Sekolah
Pendidikan luar sekolah mempunyai patokan patokan dan sistem
penyelenggaraan yang terprogram, berdirinya pendidikan luar sekolah tidak
berdiri sendiri atau secara tiba tiba namun pendidikan luar sekolah mempunyai
landasan yang kuat yaitu terdiri falsafah, ilmu-ilmu dan teori teori yang
relavan dengan sistem pendidikan luar sekolah. Hal yang mendasari berdirinya
pendidikan luar sekolah terdiri falsafah Pancasila, undang undang dasar 1945,
Garis garis Besar Haluan Negara, Undang Undang mengenai Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan pemerintah, falsafah pendidikan yang mana dilengkapi dengan
teori teori llmu pendidikan, ilmu pengetahuan dan humaniora, ilmu
sosial-ekonomi
yang mempunyai kaitan erat dengan pendidikan luar sekolah. Uraian tentang Falsafah,
Ilmu dan teori pendukung Pendidikan Luar Sekolah akan dikemukakan dibawah ini.
1.
Falsafah Sebagai Landasan
Berdirinya Pendidikan Luar Sekolah
Filsafat adalah ilmu yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran
atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang
yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat
juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas
dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Pendidikan Luar Sekolah berdiri
dengan falsafah yang kuat, bukan hanya sekedar berdiri tanpa adanya pemikiran
dan konsep yang matang, penuh dengan strategi, sistem, konsep dan cita cita
yang jelas. Sehingga apa yang dilaksanakan mempunyai hasil tujuan yang jelas
pula tidak asal asalan dalam pelaksanaanya.
a.
Pancasila
Falsafah Pancasila sebagai landasan pendidikan nasional yang
memberikan dukungan yang kuat bagi pembinaan, pembentukan, dan perkembangan
pendidikan luar sekolah. Karena falsafah pendidikan berperan sebagai dasar
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ini, maka setiap gerakan peserta didik (warga
belajar) didasari oleh lima sila yang mempunyai arti bahwa :
1)
Wawasan Ketuhanan yang Maha Esa
dimaknai dengan suatu arahan Pendidikan Luar Sekolah harus mengarah, membina,
melestarikan sikap dan berkeyakinan kuat dan menerapkan nilai nilai
keyakinannya pada perilaku pribadinya.
2)
Wawasan Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab dimaknai bahwa seluruh peserta didik harus mempunyai budi pekerti yang
luhur, menghormati Hak Asasi Manusia, adil, memiliki rasa persatuan dan menyanyangi seluruh makhluk ciptaan Tuhan.
3)
Wawasan Persatuan Indonesia
dimaknai dengan pembinaan insan Indonesia yang mencintai tanah air dan bangsa,
bertanggungjawab atas keselamatan bangsa dan pembangunan masyarakat.
4)
Wawasan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan memberikan arti bahwa Pendidikan
luar sekolah berorientasi kepda kebutuhan dan pekentingan orang banyak, bukan
individu. Dilaksanakan secara demokratis atas akal sehat, tenggang rasa demi
terwujudunya tujuan nasional.
5)
Wawasan keadilan sosial memberikan
arti bahwa landasan untuk mendorong adanya kemampuan, sikap positif dan
kreativitas insan Indonesia serta tumbuhnya keterampilan, keahlian, kejuruan,
ilmu pengetahuan dan teknologi yang
relavan dengan tuntunan perkembangan masyarakat dan pengembangan nasional.
b.
Undang Undang Dasar 1945
Undang Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa dua tujuan kemerdekaan
yang pararel adalah mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Kedua tujuan itu saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu
dengan lainnya. Kemajuan dalam kesejahteraan umum akan mempunyai dampak
peningkatan upaya mencerdaskan bangsa. Peningkatan kecerdasan dengan sendirinya
berpengaruh langsung pada peningkatan kesejahteraan umum. Sebaliknya, rendahnya
kesejahteraan umum berdampak pada rendahnya upaya mencerdaskan bangsa, dan
semuanya berakibat terbatasnya upaya mewujudkan kesejahteraan umum.
Pendidikan Luar Sekolah bersama bersama dengan pendidikan sekolah,
memiliki misi yang sama yaitu membina dan mengembangkan manusia yang cerdas.
Manusia yang cerdas tidak identik dengan manusia pandai. Manusia yang cerdas
yaitu yang tanggap terhadap lingkungan, peka terhadap peristiwa. Searah dengan
aspirasinya manusia yang cerdas termotivasi untuk menganilisis lingkungannya
untuk mengenali peristiwa atau gejala dan faktor pendukung, penghambat dsn
peluangyang berpengaruh untuk menjadikan lingkungan dalam kondisi lebih baik.
c.
Undang Undang No.2 tahun 1989 dan
Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan Pendidikan Luar Sekolah
Undang undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang memberikan arahan bahwa pembangunan pendidikan termasuk didalamnya pembangunan pendidikan
luar sekolah adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur.
Jenis pendidikan luar sekolah terdiri dari pendidikan umum,
pendidikan keagamaan, pendidikan jabaatn kerja, pendidikan kedinasan, dan
pendidikan kejuruan. Pendidikan Luar Sekolah diatur dalam UU No.38 Tahun 1992
tentang tenaga kependidikan pada pendidikan luar sekolah yaitu sama dengan
penyelenggaraan pendidikan sekolah biasa.
d.
Garis Garis Besar Haluan Negara
GBHN menjelaskan bahwa pendidikan nasional perlu dilakukan secara
lebih terpadu dan serasi baik antara sektor pendidikan dan sektor sektor
pembangunan lainnya, antar daerah maupun antar
berbagai jenjang dan jenid pendidikan. Pendidikan diluar sekolah maupun
didalam sekolah perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan pembangunan yang
memerlukan berbagai jenis pendidikan kejuruan dan keahlian.
Pendidikan Luar sekolah termasuk pendidikan yang bersifat
kemasyarakatan seperti kepramukaan dan berbagai latihan keterampilan, perlu
ditingatkan dan diperluas dalam ranga mengembangkan minat, bakat dan kemampuan
serta memberikan kesempatan yang lebih luas untuk bekerja atau berusaha anggota
masyarakat. Dalam menuju masyarakat industry, prioritas pembangunan nasional
diletakkan pada pembangunan ekonomi dengan titik berat pada mewujudkan struktur
ekonomi yang seimbang antara industri dan pertanian.
2.
Ilmu Sebagai Landasan Berdirinya
Pendidikan Luar Sekolah
Karena pendidikan luar sekolah
melibatkan manusia dan lingkungannya, maka dalam menganalisis penerapan sistem
pendidikannya, pendidikan luar sekolah telah memperoleh dukungan dari ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social-ekonomi dan humaniora.
Pendidikan luar sekolah melibatkan manusia dan lingkungannya maka dalam
menganalisis penerapan sistem pendidikannya, pendidikan luar sekolah telah
memperoleh dukungan dari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan
humaniora. Ilmu Pengetahuan dan Humaniora digunakan untuk mempelajari makhluk
hidup dan benda – benda khusus yang ada di wilayah pendidikan luar sekolah.
Ilmu ini khususnya membahas tentang :
1)
Ilmu biologi, menggunakan teori yang digunakn untuk mengenali flora dan
fauna, serta lingkungan fisiknya.
2)
Ilmu alamiah, menggunakan teori
yang digunakan untuk mengkaji dan memahami lingkungan fisik.
3)
Ilmu pengetahun social digunakan
untuk mempelajari dan menafsirkan aspek aspek tertentu yang berkaitan dengan tingkah
laku manusia. Ilmu yang dibahas antara lain :
4)
Sejarah, digunakan untuk memahami
keadaan masa lampau komponen komponen pendidikan luar sekolah.
5)
Antropologi, memberi dukungan dalam
mempelajari ciri ciri biologis penduduk
(antropologi ragawi), benda – benda purbakala (arkeologi), bahasa (linguistic),
dan struktur social serta budaya kelompok (antropologi social).
6)
Ekonomi, membantu pendidikan luar
sekolah dalam mempelajari cara yang ditempuh masyarakat dalam menggunakan dan
menyebarkan sumber penghidupan yang relative terbatas
7)
Politik, mempelajari pola pola
kekuatan, kekuasaan, dominasi, dan perangkat politik yang terdapat di
masyarakat.
8)
Sosiologi, membantu pendidikan luar
sekolah dalam mempelajari kehidupan berkelompok dan bersosialisasi.
9)
Psikologi social, membantu pendidikan
luar sekolah dalam mempelajari perkembangan aspek social individu dan bentuk
tingkah laku kelompok.
10)
Human geography,ecology dan
demografi, mempelajari hubungan dan pengaruhnyamanusia dengan tempat
tinggalnya.
3.
Teori Teori Pendukung Pendidikan
Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah didasarkan pula atas berbagai teori yang
mendukung, antara lain teori pendidikan dan teori ekonomi dan teori gerakan
masyarakat. Teori teori ini berkaitan dengan hal hal yang merujuk pada hipotesa
hipotesa yang diverivikasi melalui observasi atau eksperimen dan mengandung
aerti berfikir secara sistematis.
a. Teori-teori Pendidikan
Pendidikan Luar sekolah terdiri dari berbagai 4 macam teori yang mendukung diantaranya:
1) Teori Perenialisme:
Perenialisme menekankan
bahwa kemutlakan, kelangggengan dan pikiran hendaknya diutamakan dari
perubahan. Menurut teori ini tujuan pendidikan luar sekolah yang tidak mudah
berubah dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus merupakan tuntutan
mutlak bagi upaya pendidikan.
2) Teori Progresivisme
Teori Progresivisme
kurang menekankan pada pentingnnya proses pendidikan melalui kegiatan belajar
individual melainkan lebih mengutamakan kegiatan belajar yang dilakukan secara
kerjasama atau kelompok.
Menurut teori ini
pendidikan luar sekolah merupakan sumber daya manusiayang tejadi dalam satu
kesatuan lingkungan dan merupakan upaya pembaharuan pengalaman yang dilakukan
secara berlanjut.
3) Teori Esensialisme
Menitik beratkan pada
upaya pengkajian kurikulum yang dilakukan secara berlanjut. Kewibawaan pendidik
memegang peranan penting saat proses pembelajaran. Oleh karena itu peranan
pendidik dan kurikulum adalah dua komponen yang paling dominan dalam proses
pembelajaran dan juga termasuk sarana pembelajaran bagi peserta didik. Peranan pendidik ialah untuk membntu peserta
didik sehingga mereka dapat mengembangkan diri dalam kehidupan nyata.
4) Teori Rekontruksionisme
Menjelaskan bahwa
pendidikan luar sekolah memiliki tanggung jawab sosial dalam mewujudkan
lahirnya masyarakat baru. Menurut teori ini, tiga prinsip pendidikan yang perlu
diterapkan dalam pendidikan luar sekolah.
b.
Teori Ekonomi dan Sosial
Teori ini memberi makna bahwa pendidikan ialah upaya sadar untuk
menumbuhkan dan mengembangkan mekaninsme keseimbangan antara pelestarian nilai
nilai budaya dan kerkembangan ideology dalam suatu wilayah. Teori ini menjelaskan bahwa ilmu ekonomi dan
sosial mempunyai teori-teori yang menopang pendidikan luar sekolah diantaranya
:
1) Teori Fungsi menekankan tentang pentingnya
hubungan yang erat antara pendidikan luar sekolah dengan perkembangan social –
ekonomi.
2) Teori Modal Manusia yang telah diterapkan
dalam pendidikan luar sekolah memainkan peran utamanya dalam mempersiapkan
sumber daya manusia yang terlatih, disiplin, memilki sikap inovatif,
berwirausaha, mampu mengembangkan diri serta merintis dan mengembangkan kegiatan
dari berbagai sector ekonomi di dalam lingkungannya melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan pembinaan
dan peningkatan kemampuan penduduk.
3) Teori Gerakan Masyarakat yang lebih memberi
tekanan pada peranan pendidikan luar sekolah sebagai bagian penting dalam
gerakan pembangunan masyarakat. Program – program pendidikan luar sekolah
disusun atas dasar kebutuhan yang dirasakan dan dinyatakan masyarakat
B.
Hubungan Antara Faktor Pendukung
Dan Strategi Dalam Pengelolaan Pendidikan Luar Sekolah
Berdasarkan falsafah, keilmuan dan teori-teori
sebagaimana diuraikan diatas, maka secara umum dapat dikemukakan
strategi-strategi umum pengelolaan pendidikan luar sekolah yang dapat
dipertimbangkan oleh penyelenggara pendidikan luar sekolah tersebut.
Dalam penyusunan program pendidikan luar sekolah,
penyelenggara dapat menggunakan 3 langkah kegiatan.
1.
Pertama, melakukan
identifikasi kebutuhan pendidikan atau kebutuhan belajar yang dirasakan dan
dinyatakan oleh calon peserta didik. Kebutuhan ini pun dapat di identifikasikan
dari lembaga tempat calon peserta didik bekerja atau organisasi yang dimasuki
oleh peserta didik. Masyarakat yang menjadi layanan tugas calon peserta didik
atau tempat ia bergaul dapat pula diidentifikasikan kebutuhannya.
2.
Kedua, mengidentifikasi
sumber-sumber, baik sumber manusiawi maupun non-manusiawi dan kendala yang
terdapat pada calon peserta didik, lembaga atau masyarakat. Sumber-sumber dan
kendala ini perlu diperhitumgkan sebagai factor pendukung dan factor penghambat
dalam perencanaan dan pelaksanaan program.
3.
Ketiga, menyusun
program pendidikan luar sekolah yang meliputi komponen-komponen : masukan
lingkungan, masukan sarana, masukan mentah, proses dan pengeluaran. Didalam
program yang berkaitan dengan dunia usaha atau kewirausahaan, komponen yang
perlu ditambahkan adalah masukan lain (other input) dan pengaruh (impact).
Tiap komponen perlu dirinci dan dijelaskan kaitannya
antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, paradigma dalam penyusunan
program ini meliputi kegiatan mengidentifikasi kebutuhan, sumber pendukung dan
kemungkinan hambatan dan menjabarkan komponen-komponen subsistem pendidikan
luar sekolah ke dalam program yang akan dilaksanakan.
Secara umum, pengelolaan program pendidikan luar sekolah
meliputi siklus kegiatan yang terdiri atas 6 tahapan,
yaitu:
1.
Pertama ialah tahap perencanaan (planning) yang
meliputi kajian dan deskripsi tentang masalah
yang dihadapi, tujuan, hasil yang diharapkan dan lingkup kegiatan dalam
melaksanakan program pendidikan luar sekolah.
2.
Kedua, tahap
pengorganisasian (organizing) , meliputi upaya penyusunan ketenagaan,
organisasi, fasilitas dan daya dukung lainnya untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan program pendidikan luar sekolah.
3.
Ketiga, tahap
penggerakan (motivating), terdiri atas upaya motivasi yang dilakukan
baik oleh pimpinan organisasi terhadap stafnya agar efisiensi dan efektifitas
kegiatan tercapai maupun yang dilakukan oleh sumber belajar (tutor atau
fasilitator) terhadap peserta didik agar proses belajar dapat berjalan
sebagaimana yang telah direncanakan.
4.
Keempat ialah
tahap pembinaan yang mencakup pengawasan (controlling) dan supervise (supervising).
Yang pertama dilakukan dalam kelembagaan yaitu pengawasan oleh pimpinan
terhadap staff lembaga penyelenggara program. Yang kedua, supervisi dilakukan
terhadap para pelaksana pendidikan seperti pamong belajar dan sumber belajar.
5.
Kelima, tahap evaluasi (evaluating), meliputi kegiatan pengumpulan,
pengolahan, penganalisaan dan penyajian informasi mengenai perencanaan,
pelaksanaan, hasil dan pengaruh program untuk dijadikan bahan dalam pengambilan
keputusan.
6.
keenam,
yaitu pengembangan (developing). Kegiatan pengembangan pada dasarnya
merupakan upaya lanjutan yang dilakukan dengan menerapkan kelima tahapan
sebelumnya secara berurutan. Adanya
tahap pengembangan ini menunjukkan bahwa program PLS itu berkelanjutan,
bergerak seperti lingkaran spiral yang makin lama makin meluas dan mendalam.
BAB III
KESIMPULAN
A. Pendidikan Luar Sekolah yang didukung dan
dilandasi oleh falsafah, ilmu-ilmu dan teori pendukung sebagaimana telah
diuraikan diatas dapat dikemukakan bahwa subsitem pendidikan ini misi dan
tujuan yang penting dalam pembinaan dan penigkatan kualitas sumber daya manusia
dalam upaya merealisasikan tujuan bangsa yaitu kesejahteraan umum. Maka
pendidikan luar sekolah harus mempunya landasan yang kuat seperti ideology
Pancasila, Pembukaan UUD 1945, GBHN, Undang Undang mengenai Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan pemerintah, falsafah pendidikan yang mana dilengkapi dengan
teori teori llmu pendidikan, ilmu pengetahuan dan humaniora, ilmu
sosial-ekonomi
B.
Berdasarkan falsafah, keilmuan dan teori-teori
sebagaimana diuraikan diatas, maka secara umum dapat dikemukakan
strategi-strategi umum pengelolaan pendidikan luar sekolah yang dapat
dipertimbangkan oleh penyelenggara pendidikan luar sekolah tersebut. Dengan
demikian, paradigma dalam penyusunan program PLS ini meliputi kegiatan mengidentifikasi kebutuhan, sumber pendukung
dan kemungkinan hambatan dan menjabarkan komponen-komponen subsistem pendidikan
luar sekolah ke dalam program yang akan dilaksanakan.