Perguruan tinggi adalah
pusat ilmu pengetahuan (Center of knowledge) dan pusat pengembangan smber daya
manusia. Lembaga pendidikan ini muncul dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat. Kehadirannya penting dalam mupaya memnuhi kebutuhan pendidikan
tinggi bagi para warganya mlalui kegiatan pembelajaran dalam perkuliahan dan
untuk pengembangan masyarakat serta pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Kebesaran perguruan tinggi adalah karena
hasil karya dosen dosennya dan mutu alumninya yang didukung oleh kepemimpinan
universitas yang penuh dedikasi dan berbobot dan professional yang mampu
mewujudkan kebebasan akademis dalam kehidupan kampus.
Salah satu masalah paling dasar yang dialami oleh umat Islam dalam
dua dekade terakhir ini adalah lemahnya epistimologi pengetahuan. Kelemahan itu
tidak hanya pada ilmu pengetahuan kontemporer, namun juga pada pengembangan
ilmu ilmu klasik selaras dengan watak keilmuwan yang preskriptif, praktis dan
futuristik. Realisasi pengembangannya tentu ada pada institusi pendidikan
tinggi dengan coraknya yang dinamis dan proresif.
Perguruan Tinggi Agama
Islam (PTAI) dihadapkan pada berbagai tantangan yang pada intinya menyangkut :
permasalahan makro nasional, krisis ekonomi, politik, moral, budaya dan
sebagainya. Pada sisi lain, Islam sebagai agama yang memiliki ajaran dan nilai
universal dihadapkan pada kenyataan sebagian umat Islam berpandangan sempit dan
dikotomis terhadap agama dan ilmu agama. Hal inilah yang banyak diperbincangkan
dikalangan Perguruan Tinggi Islam pada akhir akhir ini yakni menyangkut cara
pandang terhadap agama dan ilmu yang bersifat dikotomis, yakni menempatkan
masing masing agama dan ilmu secara terpisah. Ajaran Islam yang secara
ideologis diyakini bersifat universal, ternyata pada tataran praktis justru diposisikan
secara marginal/ terbatas dan dipandang kurang memberikan kontribusi yang
signifikan pada pengembangan peradaban umat manusia.
A. Konsep perguruan tinggi Islam dalam menanggapi Islamisasi ilmu
pengetahuan :
1.
Konsep
UIN Syarif Hidayatullah untuk mengintegrasikan agama dan sains, terlihat dari
mottonya “Knowladge, Piety, Integrity”yang disampaikan oleh Rektor UIN SYAHID
Prof.Dr. Komaruddin Hidayat. Knowladge
mengandung arti bahwa UIN SYAHID memiliki komitmen menciptakan sumber
daya insani yang cerdas, kreatif dan inovatif. UIN SYAHID Jakarta berkeinginan
memainkan peranan optimal dalam kegiatan learning, discoveries, dan angagement
hasil hasil riset masyarakat. Komitmen tersebut merupakan bentuk tanggungjawab
UIN SYAHID dalam membangun sumber insani bangsa yang mayoritas adalah muslim.
UIN SYAHID ingin menjadi sumber perumusan nilai keislaman yang sejalan dengan
kemoderenan dan keindonesiaan. Oleh karena itu UINS SYAHID menawarkan studi
studi keislaman, sosial, politik, ekonomi, sians dan teknologi dalam prespektif
integrase ilmu
Piety
mengandung pengertian bahwa UIN SYAHID Jakarta memiliki komitmen mengembangkan
inner quality dalam bentuk kesalehan dikalangan sivitas akademika.
Kesalehan yang bersifat individual yang tercermin dalam termahabl min Allah dan
kesalehan sosial ang tercermin dalam terma habl min al-annas merupakan basis
bagi sivitas akademika UIN SYAHID dalam membangun relasi sosial lebih luas.
Integrity
mengandung pengertian bahwa sivitas akademika UIN SYAHID Jakarta merupakan
pribadi yang menjadikan nilai nilai etis sebagia basis dalam pengabilan
keputusan dan perilaku sehari hari. Integrity juga mengandung pengertian bahwa
sivitas akademika UIN SYAHID Jakarta memiliki kepercayaan diri sekaligus
menghargai kelompok kelompok lain. Dalam motto “Kowladge, Piety, Integrity”
terkandung sebuah spriti untuk mewujudka kampus madani, sebuah kampus yang
berkeadaban dan mengasilkan alumni yang memiliki kedalaman dan keluasan ilmu.
2.
Konsep
UIN SUKA Yogyakarta mengintegrasikan agama dan sains adalah dengan apa yang
disebut integrasi- interkoneksi yaitu sebuah upaya mempertemukan antara ilmu
ilmu agama dan ilmu ilmu umum (sains,
teknologi, dan sosial-humaniora)
Implementasi
integritas interkoneksi bisa dalam berbagai bentuk sebagai berikut : (1) ilmu
ilmu agama (Islam) dipertemukan dengan ilmu ilmu sains teknologi (2) ilmu ilmu
agama (Islam) dipertemukan dengan ilmu ilmu sosial humaniora. (3) ilmu ilmu
sains-teknologi dipertemukan dengan ilmu ilmu sosial humaniora. Akan tetapi
yang terbaik adalah mempertemukan ketiga tiganya. Interaksi antara ketiga
disiplin ilmu tersebut akan memperkuat satu sama lain, sehingga bangunan ilmu
masing masing akan kokoh. Upaya mempertemukan ketiga disiplin ilmu tersebut
diperkuat dengan disiplin ilmu filsafat. Filsafat (ontologi, epistimologi dan
aksiologi) digunakan untuk mempertemukan ketiga disiplin ilmu tersebut.
3.
Konsep
UINSA mengintegrasikan agama dan sains, bahwa pertama tama UINSA didesain untuk
mengemban amanah sebagai pencipta, penemu, atau dan pengembang ilmu ilmu
humaniora, sians dan teknologi. UINSA ini mengawal dan menumbuhkembangkan
bidang bidang ilmu pengetahuan yang ada sesuai dengan karakter masing masing.
Ilmu harus benar benar menjadi ilmu sesuai dengan paradigm dan epistimologinya
masing masing. Namun tidak berhenti sebatas itu, tiap tiap bidang ilmu harus didialogkan dengan
bidang ilmu yang lain. Lebih dari itu, semua ilmu yang dikaji di UINSA akan
dikontekstualisasikannya dengan sejarah konkret kehidupan, setelah sebelumnya
dibingkai dan berbasis nilai nilai yang kokoh. Paradigma keilmuan diatas
bernama integrated twin towers.
Konsep pengembangan
epistiomologi integrated twin towers, keilmuwan agama bukan bermaksud
mengintervensikan keilmuan umum, karena ilmu umum sudah mapan. Masing masing
ilmu berjalan beramaan, ada saat pertemuan di antara keduanya. Wacana keislaman
harus dikuasai, misalnya untuk satu tahun mereka diasramakan, terutama
mahasiswa yang berasal dari background pendidikan umum. Selanjutnya ada model
pendampingan ilmu ilmu keislaman yang itu masuk dalam SKS, jadi mahasiswa tidak
dapat mengambil skripsi kalau tidak mengambil SKS ini meskipun SKS ini tidak
menjadi SKS murni. Jadi tidak ada dalam desain sekularisasi ilmu keagamaan,
yang ada justru rasionalisasi dan kontekstualisasi ilmu ilmu keislamaan.
Perbedaan antara
integrase keilmuan berbasis Islamisasi ilmu dengan integrated twin towers
terletak pada prosesnya. Dalam prosesnya desain islamisasi ilmu berusaha
mengintervensi kajian keilmuan umum dengan pendekatan kajian keagamaan,
sedangkan dalam desain integrated twin towers keilmuan umum dibiarkan berjalan
sesuai jalurnya tanpa ada intervensi karena keilmuwan tersebut sudah mapan,
yang penting pada saat tertentu keilmuan umum tersebut perlu dikomunikasikan
dengan keilmuan agama.
Namun kedua hal ini mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan
keilmuan agama dan umum, mendialogkan, mengkomunikasikan, dan mensinerginannya
sehingga menjadi keilmuan yang utuh integral da integrative
4.
Konsep
UIN MALIKI Malang untuk mengintegrasikan agama dan sains, bahwa pertama-tama
bangunan struktur keilmuannya didasarkan pada universalitas ajaran islam. Hal
ini mengambil suatu metafora yang kokoh, bercabang rindang, berdaun subur, dan
berbuah lebat karena ditopang oleh akar yang kuat. Akar yang kuat tidak hanya
berfungsi menyangga pokok pohon, tetapi juga menyerap kandungan tanah bagi
pertumbuhan dan perkembangan pohon.
Akar pohon menggambarkan
landasan keilmuan universitas,
penguasaan landasan keilmuan ini menjadi modal dasar bagi mahasiswa untuk memahami
keseluruhan aspek keilmuan islam, yang digambarkan sebagai pokok pohon yang
menjadi jati diri mahasiswa universitas ini. Dahan dan ranting mewakili
bidang-bidang keilmuan universitas ini yang senantiasa tumbuh dan berkembang.
Bunga dan buah menggambarkan seluruh keluaran dan manfaat upaya pendidikan
universitas ini yaitu, keberanian, kesalehan, keberilmuan.Setiap pohon niscaya
memiliki akar dan pokok pohon yang kuat, maka merupakan kewajiban bagi setiap
individu mahasiswa untuk menguasai landasan dan bidang keilmuan.
5.
Konsep
UNIDA Gontor untuk mengintegrasikan agama dan sains tanpa dan tergambar dari
logonya yang berupa pintu gerbang. UNIDA merupakan pintu gerbang pengetahuan
menuju terciptanya manusia manusia yang memiliki 4 karakter : berakhlak mulia,
berbadan sehat, berilmu pengetahuan luas, sehingga dapat berfikiran bebas atau
kreatif meletakan sesuatu secara proporsonial atau adil. Dengan ketinggian
kahlak dan keluasan ilmu pengetahuan yang berdasarkan keimanan itulah seseorang
dapat memperoleh dan mencapai hikmah (wisdom).
Metode integrasi sains dan teknologi yang ditemuh adalah :
Pertama, mengeluarkan elemen elemen asing dari setiap cabang ilmu
pengetahuan masa kini yang tidak sesuai dengan Islam. Tentu elemen itu tidak
sedikit, karena meyangkut proses epistimologi seperti interpretasi fakta fakta,
formulasi teori, metode, konsep, aspek aspek nilai dan etika, dsb.
Kedua, memasukan elemen elemen dan konsep konsep kunci Islam
kedalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan. Konsep konsep
itu adalah konsep tentang din, manusia, ilmu, keadilan, amal yang benar dsb.
Gagasan Gontor tentang integrase agama dan sains tampak pada
ungkapan Pak Zar pada tahun 1978, saat Pak Harto Presiden RI bertanya tentang
prosentase pelajaran umum dan agama dalam kurikulum Gontor. Belia menjawab :
“Pelajaran agama 100% dan pelajaran umum 100%.” Bagi Pak Zar tidak ada
pelajaran umum an sich atau pelajaran agama an sich. Pelajaran agama adalah
pelajaran umum, begitupula sebaliknya, pelajaran umum adalah pelajaran agama.
B. Versi
pemahaman islamisasi ilmu pengetahuan :
1. Menurut UIN Malang : Pertama Islamisasi ilmu merupakan
sekedar memberikan ayat ayat yang sesuai dengan ilmu pengetahuan umum yang ada
(ayatisasi). Kedua, islamisasi dilakukan dengan mengislamkan orangnya. Ketiga,
islamisasi yang berdasarkan filsafat Islam yang juga diterapkan UIN Malang
dengan mempelajari dasar metedologinya. Keempat, islamisasi dipahami sebagai
sebuah ilmu pengetahuan yang beretika dan beradab.
2.
Menurut
AL-Faruqi : Usaha untuk kembali, menyusun ulang data, memikirkan kembali
argument dan rasionalisasi yang berkaitan dengan data itu, menilai kembali
kesimpulan dan tafsiran, memproyeksi kembali tujuan tujuan dan melakukan semua
itu sedemikian rupa sehingga disiplin disiplin ini memperkaya wawasan Islam dan
bermanfaat bagi cita cita. Kerangka
kerja islamisasi ilmu yaitu membangun relevensi dengan masing masing ilmu
modern, memadukan nilai nilai dan khazana warisan Islam secara kreatif,
pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan jalan yang mencapai pemenuhan pola
rencana Allah SWT.
3.
Menurut
Osman Bakar : Islamisasi ilmu adalah
program yang menekankan pada keselarasan antara Islam dan Sains Modern tentang
sejauh mana sains dapat bermanfaat bagi umat Islam,
4.
Menurut
M.Zainuddin : Islamisasi ilmu pengetahuan adalah upaya pembebasan pengetahuan
dari asumsi asumsi Barat terhadap realitas dan kemudia menggantiikannya dengan
world viewnya sendiri (Islam)
5.
Menurut
Hanna Djumhana Bastaman : pola pemikirannya tetang islamisasi ilmu yaitu (1)
similarisasi yaitu menyamakan saja konsep konsep yang berasal dari agama
padahal belum tentu sama (2)Paralesisasi yaitu menganggap pararel konsep yang
berasal dari sains Karena kemiripan konotasinya tanpa mengidentikan keduanya
(3)Komplementasi, yaitu antara sains dan agama saling mengisi dan saling
memperkuat satu sama lain dengan tetap mempertahankan eksistensinya masing
masing (4) Komparasi, membandingkan konsep teori dans dengan wawasan agama
(5)Induktifikasi, asumsi asumsi dasar dari terori ilmiah kemudian dihubungkan
dengan prinsip agama dan Al Quran (6) Verifikasi, mengungkapkan hasil hasil penelitian
ilmiah yang menunjang dan membuktikan kebenenaran ayat ayat Al-Quran.
C. Perbedaan Konsep
Pengelolaan Perguruan Tinggi Pesantren antara UIN Malang dan UNIDA
Munculnya buku yang
berjudul "Ada Pemurtadan di IAIN" yang ditulis oleh Hartono Jaiz dan
diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar Jakarta pada tahun 2005, sempat
menggegerkan PTAIN di Indonesia, utamanya di Jakarta dan Yogyakarta. Karena
berdasarkan pemaparan buku tersebut bahwa IAIN dan kawan kawannya, yang dulu
menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat Indonesia untuk melakukan dakwah agama,
telah berubah arah, yaitu dari dakwah keislaman kepada pemurtadan. Demikian itu
menurut mereka, karena PTAIN di Indonesia, tidak lagi menjadikan kampus sebagai
sarana untuk mendidik akhlak dan prilaku yang baik,
tetapi hanya dijadikan sebagai sarana
untuk mengasah otak belaka. Akibatnya, masalah-masalah keagamaan hanya
dijadikan sebagai wacana yang selalu didiskusikan dan dibicarakan, tetapi tidak
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di ISID Gontor, penjaga nilai
kebenaran absolute berada di tangan para Kyai pondok pesantren Gontor yang
dikenal dengan nama TRIMURTI atau tiga serangkai, bukan pada rector,
karena rector merupakan perpanjangan tangan dari Kyai.
UIN Malang, memiliki
struktur organisasi yang terbalik dengan struktur
organisasi di ISID Gontor. Di UIN Malang,
penjaga nilai kebenaran absolute berada di tangan
rector, sedangkan para Kyai adalah perpanjangan tangan dari pihak rektorat. Karena itu, Kyai dipilih dan diangkat
langsung oleh rector melalui SK. Nilai-nilai yang dikembangkan di MSAA UIN
Malang adalah nilai spiritualitas, keagungan
akhlak, profesionalitas dan keluasan ilmu. Keempat nilai itu, menjadi penopang
bagi seluruh kehidupan di kampus, mulai dari pengajaran di Ma’had hingga universitas. Ma’had adalah
sebuah unit yang bertanggung jawab mematangkan aspek
spiritualitas dan moralitas, sedangkan kampus yang diwakili Fakultas-fakultas, bertugas mematangkan aspek
profesionalitas dan keilmuan mahasiswa.
Model yang paling awal
dari integrasi pondok pesantren dan perguruan tinggi
ini adalah model pesantren merespon
pendidikan tinggi. Sebaliknya, model pendidikan
tinggi yang merespon pesantren, baru muncul belakangan ini saja, meskipun telah ada beberapa perguruan
tinggi yang memberikan fasilitas asrama bagi mahasiswanya,
tetapi belum dikelelola
seperti layaknya pesantren.
Pendirian pesantren di
perguruan tinggi atau pesantren yang mendirikan
perguruan tinggi memiliki tujuan yang
berbeda-beda. Menurut
para pendirinya yang tertuang dalam Profil
ISID Gontor (2006), tujuan pendirian perguruan tinggi
di PMG adalah untuk melanjutkan cita-cita para pendiri PMG, yaitu mendirikan Universitas Islam yang bermutu dan
berguna bagi pembangunan umat.
Di UIN Malang, perguruan tinggi ada
lebih dulu dan kemudian baru mendirikan
pesantren. Sehingga pendidikan pesantren bertujuan untuk melengkapi pendidikan tinggi. Adapun secara
spesifik, tujuan pendirian pesantren di UIN Malang adalah sebagaimana tercermin dalam
misi UIN Malang, yaitu untuk mengantarkan mahasiswa
memiliki kemantapan akidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, keluasan ilmu dan kematangan
professional. Di samping itu, juga untuk mengantarkan mahasiswa menjadi seorang intelek professional yang ulama’ dan
seorang ulama yang intelek professional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar