Jumat, 19 Oktober 2018

Islamisasi Ilmu Pengetahuan di Perguruan Tinggi Pesantren



     Perguruan tinggi adalah pusat ilmu pengetahuan (Center of knowledge) dan pusat pengembangan smber daya manusia. Lembaga pendidikan ini muncul dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Kehadirannya penting dalam mupaya memnuhi kebutuhan pendidikan tinggi bagi para warganya mlalui kegiatan pembelajaran dalam perkuliahan dan untuk pengembangan masyarakat serta pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.      Kebesaran perguruan tinggi adalah karena hasil karya dosen dosennya dan mutu alumninya yang didukung oleh kepemimpinan universitas yang penuh dedikasi dan berbobot dan professional yang mampu mewujudkan kebebasan akademis dalam kehidupan kampus.
Salah satu masalah paling dasar yang dialami oleh umat Islam dalam dua dekade terakhir ini adalah lemahnya epistimologi pengetahuan. Kelemahan itu tidak hanya pada ilmu pengetahuan kontemporer, namun juga pada pengembangan ilmu ilmu klasik selaras dengan watak keilmuwan yang preskriptif, praktis dan futuristik. Realisasi pengembangannya tentu ada pada institusi pendidikan tinggi dengan coraknya yang dinamis dan proresif.
     Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dihadapkan pada berbagai tantangan yang pada intinya menyangkut : permasalahan makro nasional, krisis ekonomi, politik, moral, budaya dan sebagainya. Pada sisi lain, Islam sebagai agama yang memiliki ajaran dan nilai universal dihadapkan pada kenyataan sebagian umat Islam berpandangan sempit dan dikotomis terhadap agama dan ilmu agama. Hal inilah yang banyak diperbincangkan dikalangan Perguruan Tinggi Islam pada akhir akhir ini yakni menyangkut cara pandang terhadap agama dan ilmu yang bersifat dikotomis, yakni menempatkan masing masing agama dan ilmu secara terpisah. Ajaran Islam yang secara ideologis diyakini bersifat universal, ternyata pada tataran praktis justru diposisikan secara marginal/ terbatas dan dipandang kurang memberikan kontribusi yang signifikan pada pengembangan peradaban umat manusia.

A. Konsep perguruan tinggi Islam dalam menanggapi Islamisasi ilmu pengetahuan :
1.   Konsep UIN Syarif Hidayatullah untuk mengintegrasikan agama dan sains, terlihat dari mottonya “Knowladge, Piety, Integrity”yang disampaikan oleh Rektor UIN SYAHID Prof.Dr. Komaruddin Hidayat. Knowladge  mengandung arti bahwa UIN SYAHID memiliki komitmen menciptakan sumber daya insani yang cerdas, kreatif dan inovatif. UIN SYAHID Jakarta berkeinginan memainkan peranan optimal dalam kegiatan learning, discoveries, dan angagement hasil hasil riset masyarakat. Komitmen tersebut merupakan bentuk tanggungjawab UIN SYAHID dalam membangun sumber insani bangsa yang mayoritas adalah muslim. UIN SYAHID ingin menjadi sumber perumusan nilai keislaman yang sejalan dengan kemoderenan dan keindonesiaan. Oleh karena itu UINS SYAHID menawarkan studi studi keislaman, sosial, politik, ekonomi, sians dan teknologi dalam prespektif integrase ilmu
            Piety mengandung pengertian bahwa UIN SYAHID Jakarta memiliki komitmen mengembangkan inner quality dalam bentuk kesalehan dikalangan sivitas akademika. Kesalehan yang bersifat individual yang tercermin dalam termahabl min Allah dan kesalehan sosial ang tercermin dalam terma habl min al-annas merupakan basis bagi sivitas akademika UIN SYAHID dalam membangun relasi sosial lebih luas.
            Integrity mengandung pengertian bahwa sivitas akademika UIN SYAHID Jakarta merupakan pribadi yang menjadikan nilai nilai etis sebagia basis dalam pengabilan keputusan dan perilaku sehari hari. Integrity juga mengandung pengertian bahwa sivitas akademika UIN SYAHID Jakarta memiliki kepercayaan diri sekaligus menghargai kelompok kelompok lain. Dalam motto “Kowladge, Piety, Integrity” terkandung sebuah spriti untuk mewujudka kampus madani, sebuah kampus yang berkeadaban dan mengasilkan alumni yang memiliki kedalaman dan keluasan ilmu.
2.   Konsep UIN SUKA Yogyakarta mengintegrasikan agama dan sains adalah dengan apa yang disebut integrasi- interkoneksi yaitu sebuah upaya mempertemukan antara ilmu ilmu agama dan ilmu ilmu umum  (sains, teknologi, dan sosial-humaniora)
     Implementasi integritas interkoneksi bisa dalam berbagai bentuk sebagai berikut : (1) ilmu ilmu agama (Islam) dipertemukan dengan ilmu ilmu sains teknologi (2) ilmu ilmu agama (Islam) dipertemukan dengan ilmu ilmu sosial humaniora. (3) ilmu ilmu sains-teknologi dipertemukan dengan ilmu ilmu sosial humaniora. Akan tetapi yang terbaik adalah mempertemukan ketiga tiganya. Interaksi antara ketiga disiplin ilmu tersebut akan memperkuat satu sama lain, sehingga bangunan ilmu masing masing akan kokoh. Upaya mempertemukan ketiga disiplin ilmu tersebut diperkuat dengan disiplin ilmu filsafat. Filsafat (ontologi, epistimologi dan aksiologi) digunakan untuk mempertemukan ketiga disiplin ilmu tersebut.
3.      Konsep UINSA mengintegrasikan agama dan sains, bahwa pertama tama UINSA didesain untuk mengemban amanah sebagai pencipta, penemu, atau dan pengembang ilmu ilmu humaniora, sians dan teknologi. UINSA ini mengawal dan menumbuhkembangkan bidang bidang ilmu pengetahuan yang ada sesuai dengan karakter masing masing. Ilmu harus benar benar menjadi ilmu sesuai dengan paradigm dan epistimologinya masing masing. Namun tidak berhenti sebatas itu, tiap  tiap bidang ilmu harus didialogkan dengan bidang ilmu yang lain. Lebih dari itu, semua ilmu yang dikaji di UINSA akan dikontekstualisasikannya dengan sejarah konkret kehidupan, setelah sebelumnya dibingkai dan berbasis nilai nilai yang kokoh. Paradigma keilmuan diatas bernama integrated twin towers.
      Konsep pengembangan epistiomologi integrated twin towers, keilmuwan agama bukan bermaksud mengintervensikan keilmuan umum, karena ilmu umum sudah mapan. Masing masing ilmu berjalan beramaan, ada saat pertemuan di antara keduanya. Wacana keislaman harus dikuasai, misalnya untuk satu tahun mereka diasramakan, terutama mahasiswa yang berasal dari background pendidikan umum. Selanjutnya ada model pendampingan ilmu ilmu keislaman yang itu masuk dalam SKS, jadi mahasiswa tidak dapat mengambil skripsi kalau tidak mengambil SKS ini meskipun SKS ini tidak menjadi SKS murni. Jadi tidak ada dalam desain sekularisasi ilmu keagamaan, yang ada justru rasionalisasi dan kontekstualisasi ilmu ilmu keislamaan.
      Perbedaan antara integrase keilmuan berbasis Islamisasi ilmu dengan integrated twin towers terletak pada prosesnya. Dalam prosesnya desain islamisasi ilmu berusaha mengintervensi kajian keilmuan umum dengan pendekatan kajian keagamaan, sedangkan dalam desain integrated twin towers keilmuan umum dibiarkan berjalan sesuai jalurnya tanpa ada intervensi karena keilmuwan tersebut sudah mapan, yang penting pada saat tertentu keilmuan umum tersebut perlu dikomunikasikan dengan keilmuan agama.
Namun kedua hal ini mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan keilmuan agama dan umum, mendialogkan, mengkomunikasikan, dan mensinerginannya sehingga menjadi keilmuan yang utuh integral da integrative
4.      Konsep UIN MALIKI Malang untuk mengintegrasikan agama dan sains, bahwa pertama-tama bangunan struktur keilmuannya didasarkan pada universalitas ajaran islam. Hal ini mengambil suatu metafora yang kokoh, bercabang rindang, berdaun subur, dan berbuah lebat karena ditopang oleh akar yang kuat. Akar yang kuat tidak hanya berfungsi menyangga pokok pohon, tetapi juga menyerap kandungan tanah bagi pertumbuhan dan perkembangan pohon.
      Akar pohon menggambarkan landasan keilmuan  universitas, penguasaan landasan keilmuan ini menjadi modal dasar bagi mahasiswa untuk memahami keseluruhan aspek keilmuan islam, yang digambarkan sebagai pokok pohon yang menjadi jati diri mahasiswa universitas ini. Dahan dan ranting mewakili bidang-bidang keilmuan universitas ini yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Bunga dan buah menggambarkan seluruh keluaran dan manfaat upaya pendidikan universitas ini yaitu, keberanian, kesalehan, keberilmuan.Setiap pohon niscaya memiliki akar dan pokok pohon yang kuat, maka merupakan kewajiban bagi setiap individu mahasiswa untuk menguasai landasan dan bidang keilmuan.
5.      Konsep UNIDA Gontor untuk mengintegrasikan agama dan sains tanpa dan tergambar dari logonya yang berupa pintu gerbang. UNIDA merupakan pintu gerbang pengetahuan menuju terciptanya manusia manusia yang memiliki 4 karakter : berakhlak mulia, berbadan sehat, berilmu pengetahuan luas, sehingga dapat berfikiran bebas atau kreatif meletakan sesuatu secara proporsonial atau adil. Dengan ketinggian kahlak dan keluasan ilmu pengetahuan yang berdasarkan keimanan itulah seseorang dapat memperoleh dan mencapai hikmah (wisdom).
Metode integrasi sains dan teknologi yang ditemuh adalah :
Pertama, mengeluarkan elemen elemen asing dari setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang tidak sesuai dengan Islam. Tentu elemen itu tidak sedikit, karena meyangkut proses epistimologi seperti interpretasi fakta fakta, formulasi teori, metode, konsep, aspek aspek nilai dan etika, dsb.
Kedua, memasukan elemen elemen dan konsep konsep kunci Islam kedalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan. Konsep konsep itu adalah konsep tentang din, manusia, ilmu, keadilan, amal yang benar dsb.
Gagasan Gontor tentang integrase agama dan sains tampak pada ungkapan Pak Zar pada tahun 1978, saat Pak Harto Presiden RI bertanya tentang prosentase pelajaran umum dan agama dalam kurikulum Gontor. Belia menjawab : “Pelajaran agama 100% dan pelajaran umum 100%.” Bagi Pak Zar tidak ada pelajaran umum an sich atau pelajaran agama an sich. Pelajaran agama adalah pelajaran umum, begitupula sebaliknya, pelajaran umum adalah pelajaran agama.

B. Versi pemahaman islamisasi ilmu pengetahuan :
1.   Menurut UIN Malang : Pertama Islamisasi ilmu merupakan sekedar memberikan ayat ayat yang sesuai dengan ilmu pengetahuan umum yang ada (ayatisasi). Kedua, islamisasi dilakukan dengan mengislamkan orangnya. Ketiga, islamisasi yang berdasarkan filsafat Islam yang juga diterapkan UIN Malang dengan mempelajari dasar metedologinya. Keempat, islamisasi dipahami sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang beretika dan beradab.
2.   Menurut AL-Faruqi : Usaha untuk kembali, menyusun ulang data, memikirkan kembali argument dan rasionalisasi yang berkaitan dengan data itu, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran, memproyeksi kembali tujuan tujuan dan melakukan semua itu sedemikian rupa sehingga disiplin disiplin ini memperkaya wawasan Islam dan bermanfaat bagi cita cita.  Kerangka kerja islamisasi ilmu yaitu membangun relevensi dengan masing masing ilmu modern, memadukan nilai nilai dan khazana warisan Islam secara kreatif, pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan jalan yang mencapai pemenuhan pola rencana Allah SWT.
3.   Menurut Osman Bakar : Islamisasi ilmu   adalah program yang menekankan pada keselarasan antara Islam dan Sains Modern tentang sejauh mana sains dapat bermanfaat bagi umat Islam,
4.   Menurut M.Zainuddin : Islamisasi ilmu pengetahuan adalah upaya pembebasan pengetahuan dari asumsi asumsi Barat terhadap realitas dan kemudia menggantiikannya dengan world viewnya sendiri (Islam)
5.   Menurut Hanna Djumhana Bastaman : pola pemikirannya tetang islamisasi ilmu yaitu (1) similarisasi yaitu menyamakan saja konsep konsep yang berasal dari agama padahal belum tentu sama (2)Paralesisasi yaitu menganggap pararel konsep yang berasal dari sains Karena kemiripan konotasinya tanpa mengidentikan keduanya (3)Komplementasi, yaitu antara sains dan agama saling mengisi dan saling memperkuat satu sama lain dengan tetap mempertahankan eksistensinya masing masing (4) Komparasi, membandingkan konsep teori dans dengan wawasan agama (5)Induktifikasi, asumsi asumsi dasar dari terori ilmiah kemudian dihubungkan dengan prinsip agama dan Al Quran (6) Verifikasi, mengungkapkan hasil hasil penelitian ilmiah yang menunjang dan membuktikan kebenenaran ayat ayat Al-Quran.

C. Perbedaan Konsep Pengelolaan Perguruan Tinggi Pesantren antara UIN Malang dan UNIDA
Munculnya buku yang berjudul "Ada Pemurtadan di IAIN" yang ditulis oleh Hartono Jaiz dan diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar Jakarta pada tahun 2005, sempat menggegerkan PTAIN di Indonesia, utamanya di Jakarta dan Yogyakarta. Karena berdasarkan pemaparan buku tersebut bahwa IAIN dan kawan kawannya, yang dulu menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat Indonesia untuk melakukan dakwah agama, telah berubah arah, yaitu dari dakwah keislaman kepada pemurtadan. Demikian itu menurut mereka, karena PTAIN di Indonesia, tidak lagi menjadikan kampus sebagai sarana untuk mendidik akhlak dan prilaku yang baik,
tetapi hanya dijadikan sebagai sarana untuk mengasah otak belaka. Akibatnya, masalah-masalah keagamaan hanya dijadikan sebagai wacana yang selalu didiskusikan dan dibicarakan, tetapi tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di ISID Gontor, penjaga nilai kebenaran absolute berada di tangan para Kyai pondok pesantren Gontor yang dikenal dengan nama TRIMURTI atau tiga serangkai, bukan pada rector, karena rector merupakan perpanjangan tangan dari Kyai.
UIN Malang, memiliki struktur organisasi yang terbalik dengan struktur
organisasi di ISID Gontor. Di UIN Malang, penjaga nilai kebenaran absolute berada di tangan rector, sedangkan para Kyai adalah perpanjangan tangan dari pihak rektorat. Karena itu, Kyai dipilih dan diangkat langsung oleh rector melalui SK. Nilai-nilai yang dikembangkan di MSAA UIN Malang adalah nilai spiritualitas, keagungan akhlak, profesionalitas dan keluasan ilmu. Keempat nilai itu, menjadi penopang bagi seluruh kehidupan di kampus, mulai dari pengajaran di Ma’had hingga universitas. Ma’had adalah sebuah unit yang bertanggung jawab mematangkan aspek spiritualitas dan moralitas, sedangkan kampus yang diwakili Fakultas-fakultas, bertugas mematangkan aspek profesionalitas dan keilmuan mahasiswa.
Model yang paling awal dari integrasi pondok pesantren dan perguruan tinggi ini adalah model pesantren merespon pendidikan tinggi. Sebaliknya, model pendidikan tinggi yang merespon pesantren, baru muncul belakangan ini saja, meskipun telah ada beberapa perguruan tinggi yang memberikan fasilitas asrama bagi mahasiswanya, tetapi belum dikelelola seperti layaknya pesantren.
Pendirian pesantren di perguruan tinggi atau pesantren yang mendirikan
perguruan tinggi memiliki tujuan yang berbeda-beda. Menurut para pendirinya yang tertuang dalam Profil ISID Gontor (2006), tujuan pendirian perguruan tinggi di PMG adalah untuk melanjutkan cita-cita para pendiri PMG, yaitu mendirikan Universitas Islam yang bermutu dan berguna bagi pembangunan umat.
Di UIN Malang, perguruan tinggi ada lebih dulu dan kemudian baru mendirikan pesantren. Sehingga pendidikan pesantren bertujuan untuk melengkapi pendidikan tinggi. Adapun secara spesifik, tujuan pendirian pesantren di UIN Malang adalah sebagaimana tercermin dalam misi UIN Malang, yaitu untuk mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan akidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, keluasan ilmu dan kematangan professional. Di samping itu, juga untuk mengantarkan mahasiswa menjadi seorang intelek professional yang ulama’ dan seorang ulama yang intelek professional.












 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar